Tragedi Gunung Salak 1987
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamu'alaikum wr.wb.
TRAGEDI,
Kembali lagi bersama saya di Anwarpacor Blogspot. Kali saya akan coba sedikit membahas tentang sebuah tragedi yang menurut saya cukup memilukan, dan semoga tidak terulang kembali untuk seterusnya.
Jum'at, 20 Februari 1987. 8 orang siswa rencananya akan berangkat untuk mendaki. Rencana itu tiba - tiba saja terlintas dipikiran karena aktifitas belajar saat itu sedang terganggu akibat banjir yang menggenangi sekolah mereka, yaitu STM Pembangunan Jakarta Timur.
Namun tepat di pagi hari keberangkatan, Yumarsanto ternyata terlambat bangun. Meskipun ia tergesa - gesa menuju tempat titik kumpul, namun ia hanya menjumpai tukang mie langganannya. Tukang mie itu mengatakan kalau mereka semua sudah berangkat. Dan ternyata Yusmarsanto tidak tertinggal sendirian, entah karena alasan apa salah satu temannya (Boyke Zulkarnaen) ternyata juga tidak ikut mendaki di hari itu. Sehingga saat itu yang berangkat hanya 6 orang: Ahmad Rudiat (19), Chaerudin (18), Eddy Pujianto (18), Irvan Supandi (16), Mulyadi (19) dan Wisnu Herwanto (18).
Besar dugaan, Ahmad Rudiat atau yang biasa dipanggil Adit menjadi pemimpin dipendakian ini. "Kata teman - temannya, ia memang paling berpengaruh" cakap Djukardi Adriana alias Bongkeng yang merupakan salah satu anggota Wanadri yang menjadi on scene commander operasi SAR di Gunung Salak ini. Adit memang mempunyai modal kepemimpinan. Hanya Adit dan Mulyadi yang merupakan anggota resmi pecinta alam di sekolah mereka. Dan ia juga berpengalaman mendaki Gunung Ciremai dan Gunung Gede Pangrango. Namun demikian keberengkatan mereka tidak diketahui pihak sekolah maupun dari pecinta alam. Dan disaat itu hanya Adit yang meminta izin ke orang tuanya, yaitu Letkol Drs. A. R Sabiri. Dan karena beranggapan bahwa ini hanyalah pendakian biasa, Letkol Drs. A. R Sabiri dengan mudahnya memberikan izin serta memberikan uang sebesar Rp 6.000. Namun sepertinya anggapan itu keliru, mereka bukan hanya sekedar mendaki tetapi lebih dari itu. Mereka ternyata ingin membuka jalur pendakian baru.
Jalur itu sendiri sebenarnya sudah mulai dirintis setahun sebelumnya. Dan salah satu orang yang ikut merintis saat itu ialah Mulyadi. Mereka ingin membuka jalur ke pancuran tujuh, yaitu air terjun didekat puncak dan disaat itu belum banyak orang yang mengetahui. Rencananya pembukaan jalur baru ini dilanjutkan oleh salah satu organisasi di sekolah yaitu Tepepa ( Teknik Pembangunan Pecinta Alam ), dan nantinya akan dipimpin langsung oleh ketuanya ( Kelly Daryono. Kelly Daryono, merencanakan melakukan ekspedisi ini sehabis pemilu nanti, dan jalur itu akan dinamakan jalur STM Pembangunan. Ada dugaan rombongan Adit ini ingin mendahului Kelly serta menjadi yang pertama menjadi yang pertama membuka jalur itu.
Berangkatlah mereka mendaki Gunung Salak. Namun sayangnya semangat mereka tidak didukung dengan persiapan yang matang. Hampir 2 hari setelah keberangkatan mereka mendaki. di hari Minggu pada tanggal 22 Februari 1987, Letkol Sabiri mulai merasakan was - was.Ia merasa cemas karena sampai saat itu anaknya belum pulang juga ke rumah. Harap - harap saat itu Adit sedang beristirahat di rumah temannya. Namun ketika datang ke rumah orang tua Mulyadi, mereka malah sama sekali tidak mengetahui bahwa anaknya mendaki gunung. Begitu pula dengan orang tua teman Adit yang lain. Letkol Sabiri kemudian mencari informasi di Sekolah, yaitu pada hari Selasa. Namun mereka rupanya juga tidak mengetahui bahwa ada siswa yang pergi mendaki. Dengan masih terus berharap anaknya selamat, Letkol Sabiri kemudian pergi ke Bogor dan kemudian mencari informasi ke Polsek Ciomas. Berbekal informasi dari Polsek dan masyarakar sekitar, mereka mencoba melakukan pencarian di Gunung Salak. Namun karena dilakukan oleh para amatir, mereka tidak menemukan hasil yang berarti. Pencarian baru dilakukan dengan persiapan yang matang setelah tim SAR pusat datang membantu. Bantuan juga datang dari Tepepa yang paham dimana letak jalur baru itu. Sukarelawan baru juga terus berdatangan termasuk Tim Skygers yang dipimpin oleh Harry Suliztiarto. Disaat itu barulah mereka menemukan jejak pendakian, seperti tulisan nama di tepian sungai juga tali rafia yang digunakan sebagai tanda agar tidak tersesat. Di hari ke 28 sejak awal pendakian, 4 jenazah pertama akhirnya ditemukan namun dengan kondisi yang sudah sangat parah. Dari penemuan barang dan jenazah, mereka mencoba menerka apa yang sebenarnya terjadi. Namun yang pasti, para siswa ini tidak membawa kompas, pakaian dan makanan yang cukup. Dan yang paling mengherankan mereka tidak memiliki peta, padahal mereka akan membuat rute baru dan sungguh benar - benar minim sekali persiapan. Seperti saat mereka menemukan Mulyadi, saat itu dia hanya menggunakan seragam sekolah miliknya atau dalam artian dia tidak menggunakan jaket bahkan tidak membawanya sama sekali. Hal yang kelihatannya sangat sepele tapi dapat menentukan hidup atau mati saat kita berada di gunung. Apalagi gunung salak ini yang mempunyai medan yang sangat berat, banyak jurang dan juga lembah serta sungai dengan air terjun yang curam. Kondisi gunung juga selalu dalam keadaan yang basah, yang membuat medan menjadi licin dan membuat jarak pandang mereka menjadi sangat terbatas. Para remaja ini diperkirakan mengikuti tanda tali rafia biru, yaitu tanda yang dibuat pada tahun lalu saat awal pertama merintis jalur. Untuk menyelesaikan tanda rafia biru diperkirakan dibutuhkan waktu sampai dengan 7 jam pendakian. Setelahnya mereka membuat tanda sendiri dengan tali rafia kuning. Namun dengan mengikuti tanda yang mereka buat, justru medannya semakin terjal dan tanda rafia kuningpun habis. Medan yang semakin berat sepertinya memaksa mereka untuk bergerak ke arah barat daya, atau jika mereka tidak sadar mungkin saja mereka bisa bergerak ke timur. Dimana jika sekelas dilihat, tempatnya terlihat landai dan lampu perumahan pun terlihat jelas meskipun sangat jauh. Kondisi lapar, dingin dan juga lelah tentunya bisa membuat mereka ingin pergi kesana. Namun tanpa peta dan kompas mereka tidak akan menyadari kalau didepan mereka ada jurang dan tebing yang curam. Suasana panik atau tergesa - gesa dapat terlihat dari banyaknya barang - barang mereka yang jatuh berceceran disepanjang rute, seperti : sapu tangan, sarung tangan, sumbu kompor dan juga supermi yang utuh. Apa yang terjadi kemudian masih sangat sulit diprediksi.
Pencarian masih terus dilakukan. Dan masuk di tanggal 11 April, 2 jenazah terakhir akhirnya berhasil ditemukan. Itu adalah jenazah Adit dan Irvan Supandi. Keduanya ditemukan di ketinggian 1.375 meter. Namun jenazah keduanya ditemukan terpisah hampir sekitar 1km, dipisahkan oleh 2 bukit dan lembah yang terjal.
Salah satu relawan dari Wanadri, kemudian mencoba memperkirakan apa yang sebenarnya terjadi. Diduga pada awalnya salah seorang dari mereka jatuh di sungai atau terhempas dari punggung barat sungai Cibadak. Adit dan Irvan kemudian mencoba mencari bantuan, sementara ketiga temannya menunggu ditempat tersebut. Namun kelaparan dan juga kelelahan akhirnya membuat Chaerudin, Mulyadi dan Wisnu tak kuasa bertahan. Mereka meninggal berdekatan, di pinggir sungai berbatu yang lebarnya tidak sampai 5 meter. Sementara itu Adit dan Irvan, mereka menyusuri bukit kearah Loji di timur. Suara radio penduduk pun dari ketinggian itu terdengar. Tapi makin ke timur, mereka mendapati medan yang makin curam dan tentunya mereka lalu bergerak kearah barat. Celakanya justru tebing - tebing dibagian barat jauh lebih curam, dan disini pula akhirnya mereka meninggal dunia. Namun itu hanyalah prediksi berdasarkan letak penemuan korban. Apa yang terjadi sebenarnya bisa saja berbeda, karena bagaimanapun juga mereka semua telah meninggal dunia sehingga tidak ada saksi yang dapat menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.
Dari peristiwa ini banyak hal yang dapat dipetik, seperti selalu mempersiapkan segala hal sebaik mungkin sebelum melakukan perjalanan dan tidak lupa bekali diri dengan ilmu serta terus belajar untuk mengenali apa yang sebenarnya akan dihadapi, dan jangan lupa minta doa restu dari Orang Tua karena perlu diingat orang tua kita adalah keramat berjalan.
***
Yakkk gaisss itu lah sebuah tragedi di gunung salak yang terjadi pada tahun 1987 yang semoga tidak akan terjadi kembali dikemudian hari.
Wassalamu'alaikum wr.wb.
Penulis : Yang Punya Blog
Sumber : BiCo Story
Comments
Post a Comment